Indonesia Siap Ekspor Sayuran Ke Berbagai Negara Asia

Indonesia Siap Ekspor Sayuran Ke Berbagai Negara Asia

Indonesia Siap Ekspor Sayuran Ke berbagai Negara Asia – Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto menyatakan bahwa beberapa jenis sayuran segar Indonesia dapat diekspor karena pasokan domestik yang melimpah. Menurutnya, sayuran segar dari produksi dalam negeri yang dapat diekspor adalah bayam, kubis, selada, kangkung, wortel.

Indonesia Siap Ekspor Sayuran Ke Berbagai Negara Asia

hollygrovemarket – “Pada periode pandemi yang kita lihat sendiri, petani mengalami kesulitan menjual karena produksi berlimpah. Kami membantu pasar petani, bahkan kami membantu distribusinya,” jelas Prima.

Tidak hanya itu, ia menekankan bahwa produksi pertanian dan sayuran domestik segar masih cukup cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama di tengah atmosfer Idul Fitri dan selama periode pandemi Covid-19.

Baca juga : Ekspor Buah Dan Sayuran Indonesia Tembus ke 29 Negara

Mengenai masalah ini, ia berharap saat pandemi Covid-19 membuat orang semakin mencintai petani lokal Indonesia.

“Ini karena kekayaan berbagai buah dan sayuran lokal yang lebih sehat dan membantu petani itu sendiri,” kata Prihasto.

Dalam pernyataan tertulis yang diterima oleh Kompas.com, katanya menguat dan memberdayakan produk pertanian lokal juga harus ditingkatkan.

“Jika ada pengamat yang memberi tahu peningkatan nabati kami meningkat pada 2019, dari data Biro Pusat Statistik (BPS) dapat di Kroscek atau dipastikan, impor adalah kentang bawang putih dan industri terbesar,” katanya.

Menurutnya, komoditas ini dimasukkan dalam berbagai kelompok nabati, karena pada kenyataannya masyarakat Indonesia masih membutuhkan pasokan besar untuk jenis sayuran tertentu.

“Volume bawang putih mencapai 38,62 persen dari total nilai impor dari semua jenis sayuran, diikuti oleh kentang olahan industri, bawang dan cabai kering,” katanya.

Selanjutnya, ia menjelaskan, jumlah produksi bawang putih nasional tidak dapat memenuhi kebutuhan nasional yang mencapai 580.000 ton per tahun.

Ini terjadi meskipun jumlah produksi naik dari 49.000 ton menjadi 88.000 ton karena bawang putih tumbuh secara optimal di daerah sub-tropis seperti Cina.

“Demikian juga kentang industri, yang berbeda dari kentang sayur atau granola, jenis granola kami sebenarnya dapat mengekspor,” katanya.

Dengan demikian, katanya, impor sayur Indonesia hanya dilakukan pada komoditas sayur yang produksinya masih rendah.

Neraca perdagangan pertanian masih positif

Sementara itu, kepala Hubungan Masyarakat dan Biro Informasi Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri menekankan bahwa kondisi neraca perdagangan pertanian Indonesia saat ini masih positif jika BPS berbasis data.

Menurutnya, perdagangan internasional adalah hal yang wajar karena masing-masing negara memiliki keunggulan komparatif dan kondisi agroekologi atau lingkungan regional dan iklim tertentu.

“Apa yang harus kita jaga adalah, neraca perdagangan bermanfaat bagi kita,” kata Kuntoro.

Selanjutnya, ia menjelaskan, berdasarkan neraca perdagangan pertanian dengan Tiongkok pada tahun 2019, nilai ekspor Indonesia ke negara tirai bambu senilai 3,89 miliar dolar AS.

Sementara itu, nilai impor produk Cina ke Indonesia bernilai 2,02 miliar dolar AS

“Sehingga pada 2019 Indonesia mengalami surplus 1,87 dolar AS dari Tiongkok,” kata Kuntoro.

Sementara itu, menurutnya, pada periode Januari hingga Maret 2020, Indonesia telah mengalami surplus 164.000.000 dolar AS dari Cina untuk komoditas pertanian.

“Untuk volume, 2019 berjumlah 5.762.987 ton, naik 49,86 persen dibandingkan dengan 2018. Sektor hortikultura secara khusus telah tumbuh positif hingga 8,25 persen,” jelas Kuntoro.

Dia berkata, ini adalah dampak positif dari memperkuat produksi domestik dan membuka akses ke pasar ekspor yang dilakukan oleh pemerintah.

“Berbagai produksi sayuran 2019 mencapai 13,4 juta ton atau naik 2,67 persen dari sebelumnya. Kami setuju jika inovasi dan upaya untuk memenuhi kebutuhan nasional, penting untuk dilakukan secara bersamaan atau secara bersamaan,” jelas Kuntoro.

Dengan demikian, ia berharap bahwa di masa depan pemerintah terus memacu pusat produksi baru berdasarkan keunggulan regional, sehingga produk pertanian dapat berkembang.

“Upaya-upaya ini dibuat untuk memberi manfaat bagi petani dan memenuhi kebutuhan nasional, dan mengurangi ketergantungan impor,” kata Kuntoro.